Mengenal Lebih Dekat Tentang Sejarah Bahasa Madura

2/14/2021
Bahasa Madura adalah bahasa daerah (vernacular language) yang dipakai oleh orang Madura sebagai alat untuk berkomunikasi, untuk menunjukkan identitas dan eksistensi sebagai salah satu suku yang ada di nusantara yaitu suku Madura. Para ahli bahasa dan para peneliti bahasa Madura yang telah lama menekuni mengambil suatu kesimpulan yang berbeda-beda, antara lain ; bahasa Madura termasuk bahasa-bahasa Melayu-Polynesia yang dipakai kurang lebih 15 juta (angka perkiraan) penduduk yang mendiami pulau Madura dan pulau pulau sekitarnya yang berada di ujung timur pulau Madura serta daerah pesisir utara pulau Jawa yang disebut daerah tapal kuda serta oleh komunitas-komunitas orang Madura yang tersebar di seluruh nusantara. 
 

Penutur bahasa Madura merupakan yang terbanyak keempat dari 726 bahasa daerah di Indonesia setelah bahasa Indonesia, Jawa dan Sunda, terbanyak ketiga setelah bahasa daerah Jawa dan Sunda. Menurut Wurm dan Shiro Hattori (1981), mengurutkan pemeringkatan bahasa daerah di Indonesia berdasarkan jumlah penuturnya, yang menempati 1-20 itu berturut-turut adalah bahasa-bahasa Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Bugis, Batak, Banjar, Bali, Aceh, Sasak, Lampung, Makassar, Rejang, Komering, Sa'dan, Manggarai, Minahasa, Dayak Ngaju, Gorontalo dan Bima. 
 
Bahasa Madura yang termasuk bahasa Melayu-Polynesia itu berada dalam kelompok yang lebih kecil lagi bergabung dengan bahasa-bahasa Jawa, Sunda, Bali dan Melayu, tetapi menurut Salzner dalam bukunya yang berjudul Aprachenatlas des Indopazifischen Raumes (Wiesbaden, 1960), mengatakan bahwa bahasa Madura itu sangat erat kaitannya dengan bahasa Jawa. Juga ada yang mengatakan bahwa bahasa Madura itu berstruktur imbuhan yang serumpun dengan bahasa-bahasa kelompok Austronesia, bahasa itu mirip dengan bahasa Jawa, Sunda dan Bali (Steven, 1968 : 1-2). 
 
Para ahli dari Barat seperti Peter W. Smidt dan J.L.A. Brandes mengadakan pembagian bahasa yang ada di Asia dan di Indonesia yaitu bahasa Austrisch terbagi menjadi ; bahasa Austro-Asia, bahasa Tibeto dan bahasa Austronesia, yang mana dalam bahasa Austronesia ini bahasa Madura termasuk di dalamnya bergabung dengan bahasa Madagaskar, Formosa, Philipina, Jawa, Nusa Tenggara, maluku, Kalimantan, Sulawesi, Sunda dan bahasa Melayu di Malaka. 
 
 
Bahasa Madura standar yang dipakai atau dianggap yang terbaik adalah dialek Madura bagian timur yaitu Sumenep dan diajarkan disekolah tingkat SD dan SLTP diseluruh Madura. Bahasa Madura seperti bahasa-bahasa daerah lain juga tidak luput dari pengaruh bahasa asing hal ini disebabkan karena bahasa sebagai alat komunikasi, alat untuk berpikir, alat untuk mewujudkan hasil karya dan alat untuk menunjukkan identitas, maka bahasa beserta unsur unsurnya dapat dievaluasi, diubah, diperbaiki, diganti dan disesuaikan dengan perkembangan jaman, dan untuk keperluan pemakainya, maka sah saja untuk memasukkan unsur-unsur bahasa asing, dalam hal ini bahasa Madura karena erat hubungannya dengan bahasa Jawa.
 
banyak kita jumpai persamaan-persamaannya (dalam tingkat bahasa èngghi-bhunten) meskipun beda dalam pengucapannya, setelah penulis meneliti, bahasa Madura tidak luput dari pengaruh bahasa-bahasa asing antara lain ; bahasa Arab dimana mayoritas orang Madura adalah muslim, bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Sansekerta, bahasa Portugis, bahasa Persia, bahasa Tamil dan lain-lain. 

SEJARAH AKSARA BAHASA MADURA

Dijaman pra-Islam orang Madura menulis bahasa Madura untuk pertamakalinya dengan mengadopsi huruf jawa kuno yaitu (a, na, ca, ra, ka) yang kemudian disebut “Carakan Madhurâ”, dengan ditemukannya bukti-bukti nyata bacaan-bacaan Madura kuno semuanya bertuliskan carakan Madura, walaupun huruf-huruf ini belum bisa mewakili semua konsonan Madura. Menurut Pigeaud (1967, 1: 134-135) tidak ada teks berbahasa Madura pra-Islam, dan kesusasteraan tertulis Madura baru muncul pada abad ke-19. Sebelumnya, orang menulis didalam huruf jawa, bahasa kawi miring (sejenis jawa kuno), atau didalam dialek campuran Jawa-Madura - aneka ceritera Madura dan Jawa. 
 
Dalam pada itu kesusasteraan Islam Jawa berkembang juga di kraton-kraton. Dikatakan mengadopsi huruf jawa kuna dikarenakan, carakan Madhura memang bukan aksara bahasa Madura, melainkan bahasa jawa yang terkenal dengan sebutan "Carakan Jhâbân". Konon menurut legenda bentuk tulisan carakan ini bukan asli dari Jawa maupun Madura karena yang membawa model tulisan ini adalah seseorang yang bernama Ajisaka yang merupakan seorang ahli purbakala yang berasal India.

Di jaman berkembang dan tersebarnya Islam setelah keruntuhan kerajaan Majapahit, orang Madura sempat menuliskannya dengan huruf “Peghu atau Pèghun” (pigon) yaitu, huruf-huruf Arab yang disesuaikan dengan bahasa atau konsonan Madura yang tidak terdapat dalam abjad Arab, karena abjad Arab belum bisa mewakili konsonan Madura. 
 
Baru setelah berkuasanya pemerintahan kolonial Belanda, bahasa Madura ditulis dalam huruf latin seperti halnya sekarang, namun dalam perkembangannya penulisan bahasa Madura mengalami beberapa perubahan sesuai dengan ejaan yang dipakai dieranya masing-masing. Menurut Uhlenbeck (1964: 174, 176-177), pemilihan dialek Sumenep sebagai bahasa standar serta peralihan ke huruf latin pada awal abad ke 20 agaknya telah menyusul penelitian Kiliaan tentang bahasa Madura, 
 
Berdasarkan penelitian itu Kiliaan terutama menerbitkan kitab tata bahasa Madura dalam dua jilid (1897) serta sebuah kamus yang disusun berdasarkan transkripsi huruf jawa, disusul transkripsi bahasa Madura ke huruf latin dan penerjemahan dalam bahasa Belanda (1904-1905). Kamus Madura-Belanda yang diterbitkan pada tahun 1913 oleh Penninga dan Hendriks tak lebih dari pada versi yang disederhanakan dari kamus tersebut di atas. Perlu dicatat juga kamus Madura-Indonesia yang disusun oleh Asis Safioedin, SH (1976), kamus Madura - Madura Indonesia oleh Tim pakem Maddhu Pamekasan (2007), juga kamus Dwibahasa Indonesia-Madura oleh Balai Bahasa Surabaya (2008).

SEJARAH KAMUS BAHASA MADURA

Dalam sejarahnya, kamus bahasa Madura yang pernah ada adalah :

1. Kiliaan. H.N., Madoereesch - Nederlandsch - Woordenboek;
Jilid I (th 1904) dan jilid II (th 1905); Boekhandel en Drukkerij
Voorheen E.J. Brill. Leiden. 

2. Penninga.P.dan Hendriks. H, Practisch Madurees-Nederlands WOORDENBOEK
(met een aanhangsel bevattende een kleine handleiding voor 't aanleren der Madoeresch taal met aanwijzig voor de uitspraak en woordleer. Benevens leesstukjes om de taal eenigzins in haar constructie te leren kennen) ; G.C.T van Dorp & Co.N.V ; Semarang — Surabaya — Den Haag (1913). 

3. Penninga. P. dan Hendriks. H, Practisch Nederlands-Madurees WOORDENBOEK (met een aanhangsel bevattende een kleine handleiding voor 't aanleren der Madoeresch taal met aanwijzig voor de uitspraak en woordleer. Benevens leesstukjes om de taal eenigzins in haar constructie te leren kennen) ; G.C.T van Dorp & Co.N.V ; Semarang — Surabaya — Den Haag (1913). 

4. Safioedin, Asis, SH, Kamus Bahasa Madura-Indonesia ; Penerbit : CV. Kanendra Suminar, Surabaya (1976). 

5. Sasaki,K.,KamusPercakapanDasarBesaMadure-Indonesia-Jepang, Tokyo (1993). 

6. Sugiarto dkk, Kamus Indonesia-Daerah (Jawa, Bali, Sunda, Madura), Jakarta, Gramedia Pustaka Utama (1993). 

7. Tim Pakem Maddhu Pamekasan , Kamus bahasa Madura-Madura-Indonesia, Dinas pendidikan dan Kebudayaan, Pamekasan (2007). 

8. Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa, Balai Bahasa Surabaya ; Kamus Dwibahasa Indonesia-Madura, Surabaya (2008). 
 
Sumber:
Kamus Lengkap Bahasa Madura - Indonesia (Adrian Pawitra)


Tour Travel Pulau Madura

Sebarkan

Komentar Facebook

Artikel Terkait

Previous
Next Post »