Kue Olet, Kuliner Tradisional Langka Khas Kabupaten Sumenep

8/14/2016 Add Comment
Pulau Madura khususnya Kabupaten Sumenep mempunyai keragaman makanan tradisional. Baik itu makanan utama maupun makanan ringan atau snack. Bahan-bahannya juga beragam, ada yang terbuat dari beras, ketan, atau singkong. Jadi, teman-teman tidak perlu heran kalau ternyata Madura sangat kaya dengan bermacam jenis kulinernya.

Salah satu kuliner yang khas dari Sumenep adalah makanan ringan Kue Olet. Makanan yang berasal dari wilayah kecamatan Lenteng ini terbuat dari singkong yang dihaluskan dan dipadatkan (biasanya di tampah). Kemudian pada bagian atasnya ditaburi ketan hitam, sebagai topping. Kalau di Kabupaten Bangkalan sendiri Olet ini tidak jauh berbeda dengan Lopes.


Untuk penyajiannya makanan khas Olet ini diiris atau dipotong sesuai selera, ditata di piring lalu ditambahkan parutan kelapa diatasnya. Setelah itu disiram tangguli secukupnya. Tangguli sendiri adalah olahan gula aren yang belum jadi.

Lalu kira-kira rasanya seperti apa ya? Dengan penyajian seperti lopes rasanya perpaduan antara gurih dan manis yang menyertai kenyalnya Olet singkong. Manisnya tangguli juga agak beda dengan manisnya larutan gula merah atau gula aren. Karena masih ada aroma dan sensasi aren yang kuat. Jadi rasanya unik sangat unik sekali.

Makanan ini murah meriah. Teman-teman bisa membelinya dengan harga 1000 rupiah, 2000 rupiah atau berapa saja sesuai kebutuhan. Kalau untuk satu orang saja 1000 rupiah sudah cukup sekali. Teman-teman juga bisa membeli dalam porsi yang lebih banyak misal 5000 rupiah dan bisa disantap ramai-ramai. Penjual Olet ini biasanya membungkus Olet terpisah dengan tanggulinya.


Sayangnya olet ini tidak banyak yang menjualnya, apalagi di Kota Sumenep. Jarang sekali menemukan penjual Olet. Kadang pagi-pagi di pasar sekitar Masjid Agung bisa kita temukan penjual Olet, kadang di Pasar Minggu. Namun yang pasti ada di Pasar Lenteng pada hari Minggu. Itu pun pagi sebelum jam 10. Selain hari itu belum tentu ada dan memang jarang yang menjual Olet.

Oleh karena itu jenis makanan khas yang satu ini memang bisa dikatakan sudah langka. Jika kita sedang beruntung maka teman-teman bisa menyantap Kuliner Khas Sumenep Kue Olet ini. Penasaran mau mencobanya? sudah tahu kan harus kemana?.
Pengirim Tulisan: Dian Ekawati Suryaman

Obyek Wisata Monumen Bebas Tributa di Kabupaten Bangkalan

8/09/2016 Add Comment
Tidak jauh berbeda dengan pemandangan pusat kota yang ada di tiga Kabupaten lain di Madura, Kabupaten Bangkalan memiliki pemadangan yang sama. Bila diperhatikan lebih jauh lagi biasanya untuk tatanan kota terdiri dari Pendopo, Taman Kota, Masjid Agung dan Monumen. Belum lama ini pemerintah setempat telah resmi membuka satu-satunya taman kota yang ada di Bangkalan yakni Taman Paseban.

Taman Paseban sempat diberitakan sebagai icon kota Bangkalan karena memiliki icon berbentuk salak. Seperti yang banyak diketahui kalau Kabupaten yang terletak di ujung barat Madura ini memang terkenal sekali dengan produksi buah salaknya. Dalam tulisan ini Tim Gerbang Pulau Madura akan mengangkat salah satu monumen yang ada di Kota Bangkalan.



Monumen Bebas Tributa, Monumen Kebanggaan Masyarakat Bangkalan


Monumen ini dikenal dengan sebutan Monumen Bebas Tributa, letaknya tepat di tengah Kota Bangkalan. Dekat dengan pendopo dan Taman Paseban, keberadaan monumen ini memang menjadi kebangaan semua masyarakat yang ada disana. Bangunan monumen kota ini merupakan prasasti yang diberikan oleh provinsi Jawa Timur yang memuat pernyataan pemberian untuk semua masyarakat Bangkalan.

Seperti namanya Monumen ini dijadikan sebagai simbol pengharapan Bapak Gubernur Jawa Timur pada masa itu yakni Soelarso. Bertujuan untuk mendorong masyarakat luas agar mendukung terwujudnya masyarakat Bangkalan yang bebas dari buta aksara, buta pengetahuan dan buta keterampilan atau pekerjaan. 


Sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai lambang program pemerintah provinsi Jawa Timur saja namun sama seperti Monumen Arek Lancor yang ada di Kabupaten Pamekasan, Monumen Bebas Tributa ini didirikan untuk memperindah letak Kota Bangkalan sendiri. Bangunannya sempat menjalani renovasi dan dipasang jam kota yang bisa dilihat oleh semua orang yang sedang melintas disekitarnya.

Letaknya juga berada tepat di perempatan kota dan hal tersebut memudahkan semua orang untuk bisa melihatnya dari bermacam arah ruas jalan. Untuk bisa sampai ke Monumen Bebas Tributa ini teman –teman wisatawan maupun Backpacker bisa langsung menuju pusat kota Bangkalan dari arah perempatan Tangkel Suramadu.



Untuk bisa sampai di pusat kota sudah tersedia banyak angkutan umum yang bisa teman-teman gunakan jika sedang tidak membawa kendaraan pribadi. Namun kami sarankan untuk membawa kendaraan pribadi dikhusukan untuk motor supaya teman-teman bisa berkeliling kota Bangkalan dan melihat langsung dengan bebas.

Di Kota Bangkalan sendiri ada beberapa objek wisata yang bisa dikunjungi selain Monumen Bebas Tributa ini seperti Taman Paseban, Masjid Agung Bangkalan, Stadion Gelora Bangkalan, Pumara (Pusat Makanan Rakyat), Taman Rekreasi Kota dan yang paling menjadi favorit sebagian besar para kaum muda disini adalah Bangkalan Plaza.

Jadi tunggu apalagi, sempatkan untuk berkeliling Kota Bangkalan yang kecil namun indah dan ramah ini. Teman-teman juga bisa berfoto di dekat Monumen sebagai kenang-kenangan namun diharapkan

Belajar Bahasa Madura Edisi Tubuh Manusia Bagian Kepala

8/02/2016 Add Comment
Zaman semakin maju dan modern dimana Bahasa Madura terutama Bahasa Halus semakin sedikit para penuturnya. Tak ketinggalan pula sebutan untuk benda juga mulai hilang dan terlupakan maka dari itu Pak Adrian Pawitra salah satu pemerhati Bahasa Madura sekaligus penyusun Kamus Bahasa Madura - Indonesia mengangkat kembali Bahasa Madura dan kali ini yang menjadi bahasan adalah Bagian Tubuh Manusia atau lebih tepatnya KEPALA (CÈṬAK/SÈRA).

 Gambar oleh Pixabay


01. Ubun-ubun = Bun-embunan (enjâ’-iyâ), Melco/Merco (èngghi-bhunten)

02. Pusar kepala (oreng) = Ploser, Palèserran

03. Rambut = Obu’ (enjâ’-iyâ), Rambhut (èngghi-bhunten)

04. Wajah = Mowa(h) (enjâ’-iyâ), Raè/reraè, Beddhâna (èngghi-bhunten)

05. Dahi = Ḍâi(h) (enjâ’-iyâ), Bâdhâna (èngghi-bhunten)

06. Belakang kepala = Ceppleng

07. Otak = Otek

08. Pelipis = Lèng-pèlèngan

09. Alis = Alès (enjâ’-iyâ), Mèmbhâ (èngghi-bhunten)

10. Mata = Mata(h) (enjâ’-iyâ), Soca(h), Tèngal, Marèpat (èngghi-bhunten)

11. Kelopak mata = Bâlâkodhân

12. Biji mata/anak mata = Nak-anaghân, bâi’na mata/bighina mata/leng-cellengnga mata

13. Bulu mata = Bulu kèjhâ’, Bulu èdhep, Bulu kodhân

14. Ujung mata = So-paso(h)

15. Bibir = Bibir (enjâ’-iyâ), Bhibir (engghi-enten), Lattè (èngghi-bhunten)

16. Hidung = Èlong (enjâ’-iyâ), Pangambung (èngghi-bhunten)

17. Rongga hidung = Lat- èlat

18. Selokan Hidung (Philtrum) = Ngay-songayan/Ra-mowara/Rèng-orènganna

19. Dagu = Cangkèm

20. Leher = Lè’èr (enjâ’-iyâ), Ghulu(h) (èngghi-bhunten)

21. Jakun = Kolḍi(h), Nèk-manèghân, ṭèng-canṭèngan, penṭèlla lè’èr

22. Kuping/Telinga = Kopèng (enjâ’-iyâ), Karna (èngghi-bhunten)

23. Cuping telinga = Ghâjhi

24. Ujung telinga = Penṭèlla kopèng

25. Rahang = Cèp-kacèbhân/cèp-kacèpan

26. Pipi = Pèpè(h)

27. Kerongkongan = Rung-gherrungan

28. Lubang kerongkongan = Lobângnga gherrungan

29. Mulut = Colo’ (enjâ-iyâ), Lèsan, Paḍhâ’ârân (èngghi-bhunten)

30. Lidah = Jhilâ (enjâ’-iyâ), Èlat (èngghi-bhunten)

31. Anak lidah = Lak-ellaghân, ṭang-anṭong, nèl-mannèlan, li’-jhelli’ân

32. Gusi = Ghusè(h)

33. Langitan = Ngè’-langngè’an

34. Gigi = Ghighi(h) (enjâ’-iyâ), Bâjhâ (èngghi-bhunten)

35. Geraham = Gherrem

36. Gigi bungsu = Ghighi bungso

37. Gigi taring/gigi asu = Ghighi patè’, Pangapèt

38. Gigi bawah/gigi seri/pengiris = Ghighi Jhârum

39. Gigi kapak = Ghighi bâddhung

Artikel Selanjutnya = Bahasa Madura Edisi Tubuh Bagian Atas

Sumber :
1. P. Penninga & Hendriks H. “Practish Madurees-Nederlands, WOORDENBOEK”, G.C.T. van Dorp & Co.N.V. Semarang – Deen Haag 1913.
2. Kramer Sr. A.L.N, Kamus Indonesia (Indonesisch-Nederlands en Nederlands-Indonesisch), Gravenhage 1951 – Djakarta, G.B Van Goor Zonens Uitgevermaatschaapp N.V.
3. Adrian Pawitra, “Kamus Lengkap Bahasa Madura – Indonesia”,Penerbit PT. Dian Rakyat Jakarta, Th 2009.

Obyek Wisata Religi Masjid Asy Syuhada di Kabupaten Pamekasan

8/01/2016 Add Comment
Sebelum terkenal dengan objek wisata alamnya seperti Api Tak Kunjung Padam, Pamekasan sudah memiliki banyak potensi wana wisata religi yang patut untuk teman-teman kunjungi. Memang tidak bisa dipungkiri lagi kalau pulau ini sangat kental sekali dengan nuansa agamis. Salah satu objek wisata religi yang bisa dikunjungi adalah Masjid Jami’.

Dari empat Kabupaten yang ada akan ditemukan banyak masjid-masjid dan yang paling menarik perhatian adalah Masjid Jami’. Setelah berkesempatan untuk mengunjungi ketiga masjid yang ada di Madura yakni Masjid Agung Bangkalan, Masjid Agung Sampang dan Masjid Agung Sumenep. Kali ini Tim Gerbang Pulau Madura berkesempatan untuk meliput salah satu masjid kebanggaan masyarakat Pamekasan.


Masjid Asy Syuhada atau yang lebih akrab disebut dengan Masjid jami’ ini merupakan wana wisata religi yang harus kalian kunjungi saat berwisata di Kabupaten terbesar di Madura tersebut. Masjid Agung Asy-syuhada Pamekasan ini beralamat di Jalan Mesigit Nomor 23, Pamekasan, Madura tepat di depan Monumen Arek Lancor.


Masjid Agung Asy-syuhada merupakan Masjid terbesar dan termegah di Kabupaten Pamekasan. Dulunya Masjid Agung ini disebut dengan sebutan Maseghit Rato pada abad ke 16, namun pada tanggal 25 Agustus 1940 masjid ini diresmikan dengan nama Masjid Agung Asy-Syuhada. Masjid Agung Asy-syuhada Pamekasan merupakan masjid terbesar, termegah, dan termewah di kota Pamekasan ini.

Di masjid inilah semua kalangan masyarakat berbaur menjadi satu, tidak ada lagi yang namanya kesenjangan sosial, karena mereka saling menghormati. Setelah mengalami beberapa kali renovasi dan pemugaran, Masjid Jamik Pamekasan ini secara resmi diberi nama Masjid Agung Asy-syuhada Pamekasan. Meski masih banyak juga masyarakat yang menyebutnya dengan nama Masjid Jamik saja. Masjid Agung Asy-syuhada Pamekasan ini memiliki tiga lantai, dengan serambi yang sangat luas di setiap lantainya yang mampu menampung ribuan jamaah.

Masjid Agung Asy-syuhada Pamekasan ini juga memiliki menara dengan tinggi yang mencapai sekitar 37 meter, dengan taman kecil yang dihias dan di tata sedemikian rupa untuk mempercantik halaman masjid jamik ini. Selain itu disekitar lokasi masjid jamik pamekasan inipun kerap kali di adakan sebuah acara-acara yang mampu menarik minat masyarakat, tidak heran kalau lokasi ini jadi semakin ramai saja.
 

SEJARAH MASJID AGUNG ASY SYUHADA


Tragedi di Lebaran ketupat.

Di masa sekarang ini,saat lebaran ketupat biasanya identik dengan kebahagiaan menikmati ketupat. Tapi tidak bagi masyarakat kota Pamekasan pada tahun 1947.

9 Agustus 1947,seminggu setelah hari raya Idul fitri,tentara NICA Belanda mendarat di pantai selatan Pamekasan.terus bergerak kearah kota Pamekasan.

Kota Pamekasan masih bisa dipertahankan.meskipun hanya setengah hari.bantuan pasukan NICA terus berdatangan.pertempuran hebat terjadi di halaman masjid agung Pamekasaan. Karena masjid itulah yang menjadi icon Pamekasan saat itu.pusat kegiatan beribadah.Kota pamekasan dibumi hanguskan.pejuang mundur ke pegunungan di Pegantenan.wilayah perbukitan di utara kota Pamekasan.

Lebih dari 90 mayat bergelimpangan di halaman masjid agung.halaaman masjid menjadi lautan jenazah Syuhada'. Tentara NICA Belanda menguburkan jenazah2 itu dlm satu lubang di halaman masjid yang terlebih dahulu mayat2 tersebut dibakar oleh tentara NICA.

Tepat seminggu setelah Idul fitri, kota pamekasan menjadi lautan jenazah para Syuhada. Masjid itu kemudian diberi nama Masjid Agung Asy Syuhada. (oleh: Irwan Poerwowinoto)



Bagi teman-teman yang ingin mengunjungi Masjid ini maka kami sarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi. Bagi kalian yang menggunakan kendaraan pribadi maka bisa mengikuti arah yang menuju ke tengah kota Pamekasan, maka teman-teman pasti akan melewati lokasi Masjid Agung Asy-syuhada Pamekasan ini. Namun, kalau teman-teman menggunakan kendaraan umum seperti angkot, maka bisa naik angkot dengan jurusan pasar, karena juga melewati lokasi masjid ini. Lebih menyenangkan lagi jika teman-teman mencoba naik dokar (sejenis delman) untuk pergi ke lokasi Masjid.


Selain dokar jumlahnya lebih banyak daripada jumlah angkot, naik dokar berkeliling kota bisa menjadi alternatif liburan tersendiri bagi para wisatawan. Karena teman-teman bisa melihat-lihat segala aktivitas di tengah kota dengan santai, walaupuan memang harganya sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan harga angkot.

Namun teman-teman tidak perlu khawatir keseruan yang diberikan akan membuat kalian merasa lebih bersemangat daripada naik angkot. Jadi tunggu apalagi, kalau teman-teman sedang berkunjung ke Madura jangan lupa untuk coba melihat langsung kemewahan dan kemegahan arsitektur Masjid Asy Asyuhada kebanggaan masyarakat Pamekasan tersebut.