Tradisi Gumbak atau Pencucian 24 Pusaka di Kabupaten Sampang

9/20/2015

Tradisi Gumbak


Di tengah gempuran budaya dari luar, masyarakat Desa Banjar, Kecamatan Kedungdung, Sampang, Madura, masih melestarikan tradisi “gumbak”. Gumbak adalah kata dalam bahasa Madura yang artinya mengaduk-aduk air sungai sehingga bergelombang. Tradisi ini berupa pencucian 24 senjata pusaka pada malam tanggal 14 dan 17 Dzulhijjah dan sudah berlangsung selama ratusan tahun.




Berawal dari dua orang tokoh sakti yang disebut Buju’ Toban dan Buju’ Kenek yang pandai membuat senjata sakti dari tanah liat. Senjata yang dibuat oleh dua orang ini berjumlah 50 buah. Namun yang masih ada di tangan masyarakat adalah 24 senjata. Bentuknya beragam, mulai dari tombak, clurit, pedang, linggis hingga pisau bermata dua. Senjata pusaka ini dikeramatkan dan disimpan di Masjid Banjar.

Setiap tahunnya, upacara gumbak digelar bersamaan dengan upacara bersih desa, yang bertujuan untuk bersyukur dan memohon kemakmuran desa. Diawali oleh gundeggan berupa persiapan pemberangkatan yang dikuti oleh semua warga desa dan ulama.

Selanjutnya adalah rerembagan (musyawarah) untuk membahas persiapan dan pelestarian tradisi gumbak. Untuk menolak bala’ (musibah), ada juga penyembelihan kambing hitam mulus di tanah Galis. Hasil kurban lalu dibagi ke semua warga untuk ditanam di depan rumah masing-masing.


Acara selanjutnya adalah okolan (pertarungan tokoh) untuk menentukan dan memilih pembela keamanan desa. Para pemuda yang terpilih menunjukkan kebolehannya dalam beladiri dan melakukan pertarungan satu lawan satu. Pemenangnya akan menjadi penjaga keamanan desa. Sedangkan yang kalah diberikan ketupat yang dikalungkan ke lehernya sebagai tanda persaudaraan.

Dalam setiap kegiatan, dzikir dan do’a tak pernah lepas dari orang Madura. Begitupun dengan tradisi gumbak. Setelah okolan, ulama memimpin warga untuk ber-tafakkur dan taqarrub, melantunkan dzikir dan do’a agar mendapatkan keberkahan. Nasi tumpeng dibagikan ke warga sesudahnya.

Upacara bacemman yang dilakukan selanjutnya adalah penyucian dan pembersihan 24 senjata pusaka. Senjata dicuci, diasapi dengan kemenyan, dan dibawa berkeliling di beberapa tempat yang dikeramatkan sambil meliuk-liukkan badan, dengan iringan tabbuwan colo' (musik acapella) kemudian dilanjutkan dengan tarian kenca’.

Tempat yang dikeramatkan adalah: Masjid Berguh, Somor Saronen, Buju’ Tobban, Buju’ Klebun Kene’, Buju’ Karim, Glidhigen dan rumah juru kunci “Mak Ramah”. Tradisi gumbak diakhiri dengan terbangan (musik rebana) yang diiringi dengan tarian “hadrah jidhor”. Setelah semua proses dijalani, 24 senjata pusaka dikembalikan ke tempat penyimpanan semula di Masjid Banjar.

Jamaluddin
Alumnus STAIN Pamekasan
Blogger pengampu www.bangjamal.my.id

Facebook: Shodaime No Jamal
Twitter: @zb_jamal


Tour Travel Pulau Madura

Sebarkan

Komentar Facebook

Artikel Terkait

Previous
Next Post »